![](https://endpoint.4everland.co/pelangisastramalang/2023/05/f549d9c0d289e961912c9d97526a3953-1.jpg)
Di Sekitar Kematian Nenek
Haleluya!
Hari mula ketika Isya,
Gaib-gaib
Waktu tiba Maghrib
(Dukuh, 2014)
Untuk Varetha
Desember ke-11, duduklah. Akan ada paragraf yang mengalir dari bibir
Sebab hitunganmu empat dan aku telah sembilan.
- Aku memelukmu dengan iman hujan jatuh.
- Jika tak terbaca huruf pada pijakanmu, kita bertemu di sana—tempat langit mengutus Adam kepada dekapan—sebab selimut tak akan merentang delapan telapaknya agar detak jantung kembali berkhianat.
- Cerita selalu berpulang padamu.
- Tempo dulu: beli gulali atau telepon-telepon itu memang telah mati?
- Kecuali gambar menengah pertama, tak ada isyarat di raut bukumu.
- Matahari enggan disenjakan para pencapir. Apakah sudah saat bercinta? (Bukan. Kelir dipaksa tutup, sudah dengar?)
- Beribu malaikat hinggap di jendela.
Amin.
(Malang, 2014)
Kembang Gula
—untuk Plengeh & Ali
batu dingin,
dan warsa menceritakan keterlambatan
para berita.
kebahagiaan bisa dibagi, tapi kekalahan
hanya berdoa.
sehingga derita dikecupkan
bagi duduk kursi-kursi
pos ketan
dan halaman gingsul gigi
yang sinam.
(Batu, 2014)
Utara
Tentang Utara: ia mati
pada hari pertama
Satria kehilangan
rasi pari
Kuda-kuda beranjak
dari biru
Kereta-kereta berdecak:
Seta!
Itu Seta!
Kami tak percaya pada akhirnya
Ia ajikan Narantaka
Cukup. Cukup,
kata siapa
Padang berabstrakkan darah
Telah cukup kemarahanku
ketika nyawaku bermesra-mesra
Waktu
(Malang, 2014)
Opium
—untuk Ridha Nurrahma
Kepala dan butuh angin sungguh tanpa penangkup
Ponsel hampir-hampir padam
Bersalang lidah bagi ludah, lebih sejam
(Malang, 2014)
Sajak Mabuk
—untuk Felix K. Nesi
Jadi ini malam mulai kita bikin getaran atau yang semacam getaran, semacam guratan atau yang memang guratan; karena sebenarnya kita telah bosan dengan kopi, senja-senja, hujan, embun, tenta-tenta, tuhan, menganggun-anggun bangsat atau negara atau kata-kata yang akan dituluskan dalam sajak. Bangkai.
(Malang, 2014)
Megatruh Setelah Perjamuan
Di luar pigura, matamu aradu
Di dalam, terang terasing
Cahaya di pelupukmu
Sahaya usap-usapi
Serpihan di meja kotor
Burung-burung, jam, angin, pulang—mabukmu
Telah sungguh memahami
Pukul berapakah subuh
Bersulang-sulang menyisip
Rakaat di dekat botol
(Malang, 2014)