(Orasi Budaya Prof. Djoko Saryono di Acara Mbulan Ndadari ri Badut)
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat malam, salam rahayu. Salam tulus-hangat selalu. Semoga kedamaian, keindahan, dan kesadaran senantiasa bersama hadirin semua; bapak/ibu dan saudara-saudara semua. Di bawah guyuran sinar bulan purnama, yang lembut dan eloknya sudah dipuisikan, dilagukan, dan didongengkan dari masa ke masa, di tengah pelataran Candi Mandut, sebuah candi tua yang masih sanggup menjadi saksi dan tapak pencapaian peradaban bangsa kita pada masa lampau, marilah kita sejenak pulang ke dalam lubuk batin kita; tempat kejernihan memberi terang pikir dan rasa kita dalam memandang sesuatu. Dari lubuk batin kita paling dalam, marilah kita merenungkan hal-hal yang kecil dan lokal. Marilah kita mempertanyakan kembali persepsi dan kesan kita perihal yang kecil dan lokal: benarkah yang kecil dan lokal tak berarti?; tak punya daya untuk memberi terang peradaban bangsa?
Yang kecil dan atau lokal sesungguhnya punya kekuatan atau daya tak terkira, tak terduga, bahkan tak terlukiskan dalam bahasa. Bukankah para protagonis dalam wayang, misalnya Yudhistira dan Arjuna, bertubuh kecil saja, tapi sanggup meluluh-lantakkan para antogis yang digambarkan bertubuh besar senantiasa, misalnya para raksasa? Bukankah David yang mungil justru mampu mengalahkan Goliath yang begitu besar? Bukankah para pedagang kecil justru yang menyelamatkan perekonomian kita pada peralihan abad lalu; sedang para konglomerat dan pedang besar bertumbangan? Bukankah produk-produk kebudayaan lokal kita yang bisa memberi tanda, identitas, bahkan jati diri Indonesia kita; dan mana mungkin produk budaya manca yang banyak meraja lela di tempat bisa memberi wajah tegas peradaban kita? Demikian juga kelompok-kelompok kecil dan terbatas di kampung, di kampus, dan di pelbagai tempat mukim jita justru mampu memberi warna bagi kebudayaan dan peradaban kita? Demikianlah, yang kecil dan lokal punya kekuatan atau daya luar biasa bagi kelangsungan, kelestarian, dan keberlanjutan peradaban bangsa kita.
Sejalan dengan itu, bolehlah dikatakan di sini bahwa himpunan, kelompok atau komunitas kecil-lokal yang beraneka ragam dan tersebar bisa menjadi kekuatan besar bila sama-sama berjalan di atas jalur peradaban bangsa. Di atas jalur peradaban bangsa, komunitas kecil dan lokal niscaya bakal gesit dan laju kencang dibandingkan komunitas besar bila di antara mereka ada saling pengertian, saling menghormati, dan saling menumbuhkan. Di sinilah langkah-langkah kecil dan lokal, tindakan-tindakan kecil dan lokal, memiliki arti amat penting bagi ketahanan dan keberlanjutan peradaban bangsa. Komunitas kecil-lokal yang peduli dan tulus merawat dan menjaga lingkungan, misalnya, telah menyelamatkan lingkungan atau alam kita. Begitu juga komunitas-komunitas kecil-lokal kebudayaan atau kesenian telah mempertahankan dan menyelamatkan seni budaya kita. Contoh lain tentu masih bisa kita kemukakan. Tapi, dari beberapa contoh ini kita menjadi tahu bahwa komunitas kecil-lokal justru merupakan permata amat berharga bagi kelangsungan dan kemajuan peradaban bangsa.
Oleh karena itu, sudah selayaknya komunitas kecil-lokal kita beri ruang hidup dan berkembang: kita beri udara dan angin segar untuk melanjutkan kehidupan: kita beri atmosfer yang cerah untuk bergerak dan bergerak agar selalu hidup krn hidup itu selalu bergerak. Tentu saja, bukan dengan belas kasihan dan rasa iba krn komunitas kecil-lokal tak memerlukan belas dan rasa iba. Mereka memiliki hak hidup dan berkembang untuk mengabdi bagi kelangsungan dan keselamatan peradaban bangsa. Maka, sudah sewajarnya dibangun dan dikembangkan ruang publik terbuka yang memungkinkan pelbagai komunitas kecil-lokal dapat berkiprah memberi jatidiri dan identitas peradaban bangsa. Ketika malam ini, di bawah siraman sinar purnama, kita dapat bersama-sama berada di Candi Badut sekarang, kita tahu bahwa Candi Badut telah menjelma menjadi ruang publik terbuka di mana pelbagai komunitas kecil-lokal bisa unjuk diri bagi taman sari peradaban bangsa kita. Komunitas kecil-lokal yang sekarang menampilkan diri sekarang pada dasarnya memiliki kekuatan atau daya yang bermakna dan bermanfaat bagi kemajuan adab bangsa.
Agar peradaban bangsa kita makin tumbuh dan berkembang pada masa mendatang, maka mau tak mau ruang publik terbuka seperti Candi Badut ini harus dipelihara, diperluas, dan diperkuat. Dengan demikian, pelbagai komunitas kecil-lokal bisa menampakkan dan menampilkan diri dengan bebas dan leluasa dengan cara dan wajah masing-masing. Dengan begitu kita bisa menyaksikan taman sari peradaban bangsa yang dijaga oleh komunitas kecil-lokal.
Dalam siraman remang cahaya rembulan purnama pada malam ini, marilah kita teguhkan hati untuk menjadikan Candi Badut sebagai ruang publik terbuka di mana bermacam-macam komunitas kecil-kecil leluasa unjuk diri. Dalam acara mBulan nDadari di Candi Badut pada malam purnama sekarang ini, marilah kita berjanji melanjutkan tindakan-tindakan kecil-lokal perayaan seni budaya secara berkelanjutan dan berkesinambungan hingga terbentuk jatidiri kesenian yang memberi arti bagi perjalanan peradaban bangsa kita nanti. Semoga rembulan purnama malam ini, yang disaput remang awan di langit tinggi, menandakan purnama komunitas2 kecil-lokal di sekitar kita, dan menandakan purnama peradaban bangsa kita dalam melayari langit zaman, seperti rembulan remang di atas kita sekarang pelan2 tengah bergerak melayari cakrawala langit yang terang, tanpa mendung yang menandakan bakal hujan. Sekian, terima kasih. Selamat malam. Semoga kedamaian, keindahan, dan ketenangan menghuni lubuk hati hadirin semua. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, 22 April 2016