Sastra Untuk Kemanusiaan

  “Afrizal Malna memang sosok absurd dengan konsepsinya yang acak. Ia dan Wahyu merupakan penyair fenomenal di kurun 80-90an ini, adanya dua idiomatik serta bentukan ujaran lirik banyak diikuti oleh banyak penyair yang ada.” (Umbu Landu Paranggi, sastrawan) “Wahyu adalah orang yang sangat total dalam berpuisi atau menjadi seorang penyair.

Aku pun terus terayun-ayun padamu, selama kau dalam pangkuanku. Sehelai yang lembut dalam tegas pengibaranmu, membuatku tanpa ragu. Sungguh ada tenggat di antara semuanya, terlebih pada cita dan padamu menunggu atau ditunggu dalam laku perjalanan maju. Angin, apakah kau ‘kan datang kembali? Untukmu untukku bersatu: dalam jelma ibu dan langit

Mencintaimu Mencuri posisi Pada sebuah kalimat Di paragrafmu Bukan subjek Aku bukan salah satu Tokoh dalam novelmu Bukan predikat Aku bukan tetes keringat Pada gerak langkah Kesunyianmu Bukan juga objek Aku tak pernah Merupakan sesuatu Yang kaunikmati Atau sakiti Hanya preposisi Seperti ke pada Chelsea Islan terbang ke bulan Sesuatu

“Yuni Kristyaningsih, bagi saya, memiliki ciri sebagai pengarang yang memiliki kemampuan membangun dialog-dialog filosofis dan dinamis serta puitis, di samping kepiawaian menggambarkan latar peristiwa secara detail. Melalui gambaran deskriptif atas tokoh, latar, kehidupan personal-sosial tokoh, dan anggitan dialog-dialog, Yuni Kristyaningsih mengeksplorasi relasi intim tokoh lelaki perempuan, dan berbagai kisah yang

Sinta, cinta murni adalah puncak purnama niscaya agung abadi membara di relung jiwa muskil sirna cuma karena dirimu bersalin rupa berganti nama, beralih silsilah keluarga. Sinta, cinta sejati hanya butuh pengakuan bukan pemilikan, apalagi sebuah penerimaan bukan penguasaan, apalagi satu pengekangan. Sinta, berilah satu pengakuan: ya pengakuan! bahwa cintaku melintasi

Aku tidak boleh menyerah. Aku tidak mau mati sekarang. Aku akan mengungkapkan kejadian sebenarnya. Aku akan menceritakan semuanya. Ya, semuanya. Aku tak boleh takut. Jika aku mati sekarang, tidak akan ada yang menjadi saksi dan cerita ini akan terpendam untuk selamanya. “Tragedi adalah esensi dari kebanyakan cerita Mukhid, dan dengan

kepada kamu yang ditunggu salju  aku bertanya dengan bibir terasa beku  bagaimana kamu tumbuh di masa lalu  nenek moyangmu menyemaikan benih  dalam rahim dua benua tanpa peta   Judul: Kepada Kamu yang Ditunggu Salju | Penulis: Yusri Fajar Tahun: 2017 | Penerbit: Pelangi Sastra ISBN: 978-602-60790-1-5 | Jumlah Halaman: xvi