Sastra Untuk Kemanusiaan


Bincang Kisah Epik dalam Puisi-Pertanyaan; Manurung, 13 Pertanyaan untuk 3 Nama (Pekan Sastra #1)

Sebagai moderator yang memandu diskusi sore hari tersebut, saya menjadi orang yang sedang tidak patuh dengan waktu lantaran kerja dan jarak tempuh perjalanan menuju Kafe Pustaka—tempat berlangsungnya diskusi—menguras detik demi menit.

Ketika saya tiba, ternyata diskusi belum berlangsung. Untung saja masih ada waktu untuk ngopi dan ngudud hasil palakan rokok dari si calon pengantin baru di bagian lapakan buku reguler dan lawasan, serta mengamati Alfian Dippahatang yang berbelanja Badrul Mustafa.

Sembari menanti para pengunjung memenuhi ruang diskusi, Faris membacakan sebuah puisi (satu nomor pertanyaan) dari buku Manurung, dengan gaya petarungnya yang gagal menjadi penyair, lalu dilanjutkan dengan pembacaan ‘prolog’ dari saya sendiri, kemudian mempersilakan Faisal Oddang untuk duduk di hadapan para pengunjung, beserta Yusri Fajar yang bersiap menyampaikan pengalaman membaca Manurung-nya.

Tajuk acara ini ialah ‘bincang’, makanya saya memandu diskusi ini dengan cukup santai dan banyak gelak tawa. Mulanya, Yusri Fajar menyampaikan pengalaman membaca Manurung-nya dari sisi histori-epik yang sudah banyak dikemas ulang ke dalam sebuah karya, namun Manurung merupakan karya pertama yang dikemas ke dalam bentuk pertanyaan-puisi yang kritis. Pertanyaan-pertanyaan yang belum menemukan jawabannya—dan barangkali tak. Manurung merupakan sumbangsih yang baik untuk khazanah puisi di Indonesia. Selanjutnya, Faisal menceritakan ihwal Manurung—yang bisa dibaca secara singkat melalui kata pengantar buku tersebut (silakan dibeli di toko terdekat) dan prosesnya selama mengikuti residensi di Belanda yang diselenggarakan oleh Komite Buku Nasional pada tahun 2016.

Di saat diskusi sudah hampir menemui akhir waktunya, saya sempat bertanya kepada para pengunjung yang mengikuti diskusi tersebut, “Angkat tangan dong yang asalnya dari Makassar!” Ndilalah, hampir setengah dari seisi ruang mengangkat tangannya. Ini merupakan sejarah baru untuk penyelenggara acara Pekan Sastra; Pelangi Sastra Malang, yang mendapat kunjungan ramai dari mahasiswa asal Makassar di Kafe Pustaka.

Terakhir, sebelum saya menutup diskusi, saya mempersilakan Alfian Dippahatang untuk memberikan pengalaman intimnya bersama Faisal Oddang sebagai kawan dekat ihwal proses kreatif Faisal.

Semoga, di lain waktu, kita bisa memperbincangkan kelezatan coto di dalam Dapur Ajaib atau barangkali, tentang kematian di dalam novel barunya. Mungkin, suatu saat.

Pelangi Sastra Malang sebagai “terminal” sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di Kota Malang dan sekitarnya, mengupayakan distribusi wacana sastra di kota Malang, memfasilitasi peluncuran karya sastra, beda buku sastra, membuat event-event panggung sastra, menjembatani pertemuan-pertemuan karya sastra dan karya seni lainnya, juga membangun jejaring dengan komunitas-komunitas sastra atau sastrawan di Indonesia dan dunia dan menerbitkan buku karya-karya sastra dan memasyarakatkan sastra.
Pelangi Sastra Malang sebagai “terminal” sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di Kota Malang dan sekitarnya, mengupayakan distribusi wacana sastra di kota Malang, memfasilitasi peluncuran karya sastra, beda buku sastra, membuat event-event panggung sastra, menjembatani pertemuan-pertemuan karya sastra dan karya seni lainnya, juga membangun jejaring dengan komunitas-komunitas sastra atau sastrawan di Indonesia dan dunia dan menerbitkan buku karya-karya sastra dan memasyarakatkan sastra.
share on
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

baca juga tulisan lain

Pelangi Sastra Malang sebagai “Terminal” Sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di kota Malang dan sekitarnya.

Setiap orang dapat berkontribusi dengan mengirimkan arsip karya sastra berupa cerpen, puisi maupun esai dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Karya tersebut dari warga asli Malang atau warga luar Malang yang sedang berdomisili di Malang
  2. Karya tersebut telah dimuat di media massa, media daring, majalah, buku, maupun telah dibahas dalam sebuah forum/acara terbuka
    Karya dikirimkan melalui alamat surel [email protected] dengan subjek cerpen/puisi/esai

Karya tersebut akan kami arsipkan secara digital di website https://pelangisastramalang.org

Griya Buku Pelangi adalah Toko Buku yang menyediakan berbagai kebutuhan buku Anda. Banyak pilihan yang kami terbitkan baik dari buku pendidikan dan kesastraan. Untuk pembelian bisa melalui online di Marketplace kami atau kontak kami melalui aplikasi chat yang tersedia.