Sastra Untuk Kemanusiaan


Membaca Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa

Seorang booktuber Shopia Mega mengaku terkejut, usai membaca buku “Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa.” Buku ditulis Faisal Oddang saat mengikuti The International Writing Program The University of Iowa di Amerika Serikat. Faisal Oddang penulis asal Makassar ini, awalnya menulis historical fiction Sulawesi Selatan, namun tiba-tiba beralih membahas mi instan.

“Ternyata novela ini mempunyai kedekatan emosional dengan mi instan,” katanya dalam diskusi di Kalimetro pekan lalu.

Sophia awalnya tak memiliki ekspektasi apakah berakhir dengan cerita lucu atau sebaliknya. Hingga akhirnya banyak sekali buku bersliweran di instastory, menganggapnya adalah mi instan daripada memposisikannya sebagai buku. Sebuah perpaduan antara cerita seorang penulis Indonesia dan Raymond Carver sebagai penulis sendiri.

Mereka digabungkan dengan mi instan. Shopia mengira akan menjadikan cerita ini yang fun, yang lucu dan menyenangkan saja. Tapi tenyata diantara mi instan juga mempunyai kedekatan tersendiri dengan masa lalu, tentang kemiskinan dan juga penulis Indonesia itu mempunyai kedekatan yang sama.

“Menurut saya, ada  blend yang menyenangkan diantara keduanya. Tanpa terkesan memaksa apakah biografi seorang penulis terkenal lalu dipadukan dengan sebuah fiksi tentang mi instan itu menjadi receh dan tenyata tidak. Menyenangkan tapi ada esensinya,” kata Shopia.

Menurut Sophia banyak konflik-konflik misteri. Seperti menonton series netflix drama komedi sebab konfliknya cukup cepat dan memebuat bingung. Kebingungan itu sebenarnya yang membuat menyenangkan.

Novela ini berbeda dari karya sebelumnya yang pernah Faisal tulis. Sebab sebelumnya Faisal menulis menggunakan latar Indonesia tetapi karyanya yang sekarang di Iowa. Banyak hal yang berbeda dari novela ini. Ada yang menyenangkan lagi dalam novela ini yaitu gambar yang ada dalam novel.

“Dipotret secara langsung oleh penulisnya. Mungkin gambar dalam buku hanya sebagai pelengkap saja. Tetapi dalam novel ini gambar-gambar tersebut mempunyai peranan tersendiri untuk melihat gambaran seperti apa Iowa itu. Karena novel ini tentang mi instan, apakah selanjutnya Faisal akan menulis tentang kuliner lagi.” Sophia menambahkan.

Sementara penerjemah, penulis sekaligus dosen sastra Inggris di Universitas Machung Wawan Eko Yulianto saat melihat sampul buku, merasa sudah semestinya buku ini hadir. Lantaran semua mengetahui bahwa mi instan adalah ramen noodle sudah terkenal di dunia. Orang Amerika disuruh untuk memilih mana mi yang enak maka mereka akan memilih mi instan dari Indonesia. Sebab rasanya enak.

Seharusnya dari dulu para penulis membuat buku dengan sampul bergambar mi kebanggan kita semua. Menurut Wawan, ada yang menarik lagi jika kita melihat mi dimasak. Biasanya direbus terlebih dahulu, tetapi menurutnya mi yang ditaburi bumbu secara langsung itu merupakan kenikmatan surgawi diantara cara-cara menikmati mi.

Cover buku ini juga tulisan Raymond Carver terkubur dalam mi. Jadi nyambung dengan judulnya,” kata Wawan.

Konsep buku menarik. Secara umum buku ini diawali dengan kutipan yaitu, “kehidupan dan kenyataan itu omong kosong.” Setelah membaca kutipan ini Wawan berpikir bahwa kita repot berbicara  tentang kehidupan atau kenyataan, orang lain akan memikirkan jika itu omong kosong.

Untuk apa kita repot tentang hidup, seolah-olah hidup suatu yang penting. Seolah-olah kenyataan itu suatu yang benar dan tidak diapa-apakan lagi. Hal itu yang menyentak hati Wawan setelah membacanya.

Menurutnya, waktu membaca kita akan masuk ke dalam, terdapat karakter seorang Indonesia yang disebut “kamu”. Sudut pandang novel ini yaitu sudut pandang orang kedua. Orang yang berbicara dengan “kamu” membuka pintu dan waktu yang membuka pintu yang muncul pada pintu itu adalah Raymond Carver, penulis yang meninggal pada tahun 1988.

Raymond Carver ingin si “kamu” untuk membunuhnya. Sebab itu untuk Wawan, kehidupan dan kenyataan tidak berarti lagi dan mirip dengan kutipan yang ada pada halaman awal.

“Buku ini enak untuk dibaca, menurut saya buku ini tidak mudah dipahami. Saya rasa buku ini mempunyai potensi untuk dibaca berulang-ulang. Dibagian akhir terdapat plot yang membuat pembaca mengerti dengan kutipan awal tadi,” kata Wawan.

Meskipun salah satu karakter seorang novelis terkenal, hal ini tetap cerita jadi setelah membaca buku ini akan menikmati Raymond Carver yang ini dan melupakan Raymond Carver yang itu. Jika memang buku ini bagus maka karakter ini akan menjelaskan siapa itu tanpa harus merujuk apa itu cerpennya.

Meskipun judulnya tentang novelis, dan orang yang mempunyai senjata panjang, sepertinya buku ini sudah menghadirkan Raymond Carver seperti yang kita butuhkan. Menikmati buku ini sampai selesai.

Usai membaca novel ini, ia berpikir tentang hakikat kehidupan dan kenyataan. Menurut Raymond Carver, kehidupan dan kenyataan sudah tidak ada gunanya. Omong kosong dan tidak jelas. Mungkin dia ingin kehidupannya diakhiri agar bisa terbebas.

Membaca buku ini mengingatkan pada orang-orang di dunia ini kehidupan dan kenyataan adalah omong kosong. Tidak harus dimaknai dengan sedemikian kerasnya sebab novel ini jadi harus menikmati arusnya yang tidak biasa.

Wawan menyampaikan satu perihal tentang kata-kata yang sering muncul di sastra Indonesia yaitu merancap. “Dulu kata ini tidak akrab di sastra Indonesia. Belakangan ini banyak novel-novel mulai membicarakan hal yang tidak banyak dilakukan orang. Apakah hal ini tidak menyalahi etika, moral, dan lainnya.” Kata Wawan.

Wawan sempat terbesit dan kaget juga saat dia menemukan hal itu di buku tersebut. Tetapi menurutnya di dalam buku itu sebenarnya penulis tersebut merupakan penulis porno. Jadi penulis porno yang menulis tentang cerita, dan dinamai Raymond Carver.

Si Raymond Carver menganggap untuk apa bicara kesopanan diurusan sastra jika di dunia nyata saja banyak yang tidak peduli soal kesopanan. Menurut Wawan itu yang menarik.

“Ada alasan mengapa kutipan itu muncul dan tidak muncul secara ujug-ujug. Buku ini tidak bisa habis dibaca sekali atau dua kali ataupun tiga kali. Di novel ini mengajak kita untuk berpikir yang kuat dan dimasukkan dalam cerita tersebut, bisa dieskplorasi dan dibaca berulang kali dan ditafsiri bagi yang melakukan skrispi.” Kata Wawan.

Puluhan mahasiswa dan para pecinta buku hadir pada bincang buku pekan itu. Salah satunya mahasiswa dari Universitas Islam Malang yang bernama Ahmad Mustakim. Menurut Ahmad, dia menjadi lebih mengerti isi novela tersebut. Diskusi buku membuka pikiran dan terkesan.

 

Reporter: Latifany Khorunisa

Pernah disiarkan di Terakota.id pada 14 Juli 2019

Pelangi Sastra Malang sebagai “terminal” sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di Kota Malang dan sekitarnya, mengupayakan distribusi wacana sastra di kota Malang, memfasilitasi peluncuran karya sastra, beda buku sastra, membuat event-event panggung sastra, menjembatani pertemuan-pertemuan karya sastra dan karya seni lainnya, juga membangun jejaring dengan komunitas-komunitas sastra atau sastrawan di Indonesia dan dunia dan menerbitkan buku karya-karya sastra dan memasyarakatkan sastra.
Pelangi Sastra Malang sebagai “terminal” sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di Kota Malang dan sekitarnya, mengupayakan distribusi wacana sastra di kota Malang, memfasilitasi peluncuran karya sastra, beda buku sastra, membuat event-event panggung sastra, menjembatani pertemuan-pertemuan karya sastra dan karya seni lainnya, juga membangun jejaring dengan komunitas-komunitas sastra atau sastrawan di Indonesia dan dunia dan menerbitkan buku karya-karya sastra dan memasyarakatkan sastra.
share on
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

baca juga tulisan lain

Pelangi Sastra Malang sebagai “Terminal” Sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di kota Malang dan sekitarnya.

Setiap orang dapat berkontribusi dengan mengirimkan arsip karya sastra berupa cerpen, puisi maupun esai dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Karya tersebut dari warga asli Malang atau warga luar Malang yang sedang berdomisili di Malang
  2. Karya tersebut telah dimuat di media massa, media daring, majalah, buku, maupun telah dibahas dalam sebuah forum/acara terbuka
    Karya dikirimkan melalui alamat surel [email protected] dengan subjek cerpen/puisi/esai

Karya tersebut akan kami arsipkan secara digital di website https://pelangisastramalang.org

Griya Buku Pelangi adalah Toko Buku yang menyediakan berbagai kebutuhan buku Anda. Banyak pilihan yang kami terbitkan baik dari buku pendidikan dan kesastraan. Untuk pembelian bisa melalui online di Marketplace kami atau kontak kami melalui aplikasi chat yang tersedia.