Malang selalu basah ketika Desember tiba. Tapi hujan tak membuat kami menunda pertemuan untuk berbincang ihwal puisi dan hal-hal lainnya. Pertemuan pada pekan kedua diadakan di Loe Ming Toe, sebuah rumah kopi bergaya Tiongkok klasik dan Jawa serta suasana teduh ala pedesaan.
Pada pertemuan sebelumnya, selain berkenalan satu sama lain, setiap dari anggota Forum Pertemuan Puisi juga saling menceritakan awal mula persentuhannya dengan puisi. Setelah itu, setiap dari anggota membawa pulang masing-masing sebuah pertanyaan yang sama: “Menurut kalian, apa itu puisi?”. Pertanyaan tersebut dijawab oleh mereka melalui teks esai dengan tanpa batasan jumlah kata pada pertemuan selanjutnya.
Satu per satu anggota datang tak bersamaan lantaran hujan dan jarak tempuh dari tiap rumah yang berbeda-beda menuju Loe Ming Toe, hingga tiba saatnya semua telah bertemu dan siap berhadapan dengan puisi.
M. Dandy sebagai pendamping dalam setiap Forum Pertemuan Puisi lalu meminta jawaban yang telah ditulis menjadi esai dari pertanyaan pada pertemuan sebelumnya. Ternyata hasilnya mengejutkan dan tentu saja cukup menarik. Beberapa judul di antaranya; Manusia dalam Puisi dan Sastra, Antara Keterikatan dan Kemerdekaan, Puisi, Konspirasi antara Penyaluran Ilmu Pengetahuan dan Budi Pekerti yang Menyaru dalam Diksi Indah, dan lain sebagainya.
Mengapa pertanyaan? Ada apa dengan tanda tanya? Pertemuan pertama, kedua, maupun pertemuan selanjutnya, Forum Pertemuan Puisi akan terus diisi dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai kendaraan menuju hutan bahasa. Pembelajaran yang terjadi dalam Forum Pertemuan Puisi bukanlah pembelajaran yang didaktis, melainkan pembelajaran yang membebaskan setiap dari anggota untuk mendayagunakan isi kepalanya sebelum menuliskan sebuah puisi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa di pertemuan pertama setiap dari masing-masing anggota membawa pulang pertanyaan yang sama.
Loe Ming Toe sebagai lokasi pertemuan kedua dipilih karena ada beragam kemungkinan yang terdapat di rumah kopi tersebut. Kita bisa melihat sungai-sungai yang mengalir di bawah rumah kopi, kita bisa terlempar ke dalam masa lalu yang menempel di dinding-dinding rumah kopi, kita bisa mengamati aktivitas pengunjung yang sedang berada di rumah kopi, dan lain sebagainya.
Hal yang selanjutnya terjadi ialah masing-masing anggota dipersilakan untuk mengamati dan merasakan apa saja lalu menuliskannya menjadi sebuah puisi. Setelah menuliskan puisi, masing-masing anggota saling berdiskusi satu sama lain. Bergilir puisi: membaca, berkomentar, dan memberikan kritik.
Di tengah diskusi, kita kedatangan Rozi Kembara, penyair dari Yogyakarta. Kedatangan Rozi menjadi hal yang menyenangkan karena mempermudah kerja M. Dandy yang sedari tadi telah mendampingi anggota dari berbagai pertanyaan dan jawaban. Rozi berbagi cerita yang banyak mengenai puisi, berbagai bahan bacaan, dan memberi beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum menulis puisi, salah satunya yaitu membaca.
“Hal yang paling sulit dilakukan sebenarnya adalah membaca,” ungkapnya ketika memungkasi diskusi.