MALANG – Balai Bahasa Jawa Timur bekerja sama dengan Pelangi Sastra Malang, menggelar kegiatan Sarasehan Sastra. Bertempat di Cafe Pustaka Gedung UPT Perpustakaan UM, Sabtu (1/9). Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai komunitas sastra Malang Raya dan Tapal Kuda.
Kegiatan yang mengusung tema ‘Membaca Peta dan Gerakan Komunitas Sastra di Malang Raya dan Tapal Kuda’ ini, menghadirkan Guru Besar Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. dan sastrawan Yusri Fajar, M.A. sebagai narasumber. Termasuk juga hadir sebagai pemateri, Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Drs. Mustakim, M.Hum. dan Mashuri, M.A. selaku sastrawan dan Peneliti Balai Bahasa Jawa Timur.
Dalam materinya, Mustakim mengatakan, sastra bagian dari literasi. Gerakan para sastrawan untuk memajukan literasi sangat dipentingkan. Hal ini sebagai bentuk dari sumbangsih mereka dalam memajukan bangsa.
Menurutnya, sebuah negara akan mampu bersaing di era global dengan tiga kecakapan warganya, yaitu kecakapan literasi, kecakapan kompetensi dan kecakapan karakter. “Maka dengan komunitas-komunitas sastra yang ada dapat berkolaborasi untuk mengembangkan tiga kecakapan tersebut,” ucapnya.
Dengan berkolaborasi, lanjut Mustakim, para aktivis komunitas sastra dapat berpikir kritis terhadap berbagai fenomena, serta mampu berbicara di kancah nasional dan internasional. “Terutama komunitas sastra yang ada di Jawa Timur, diharapkan bisa aktif dengan menghasilkan karya yang bernas,” imbuhnya.
Disisi lain, kata dia, keberadaan komunitas sastra dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, ia berharap komunitas sastra di Jawa Timur terus berkembang sehingga dapat menghasilkan karya bermutu, baik itu berupa puisi, cerpen ataupun esai. “Harapan kami komunitas sastra menjadi wadah kreativitas generasi muda, sehingga melahirkan sastrawan berkualitas,” harapnya.
Hal senada disampaikan oleh Mashuri, M.A. selaku sastrawan dan peneliti Balai Bahasa Jawa Timur. Ia mengatakan, digelarnya sarasehan kali ini akan memperkuat hubungan dan jaringan antarkomunitas sastra di Malang Raya dan daerah Tapal Kuda.
Pertemuan berbagai komunitas sastra dalam sebuah acara sarasehan dan semacamnya, akan melahirkan para sastrawan yang militan. Menurutnya, sastra merupakan wilayah pemikiran. Seorang sastrawan harus mampu bersikap kritis dalam menghadapi kondisi kekinian. Selanjutnya, hasil pemikiran itu dapat dituangkan melalui tulisan sastra. “Dari karya-karya mereka yang bagus dapat menyuarakan sebuah inspirasi untuk kemajuan bangsa,” ucapnya kepada Malang Post.
Mashuri menambahkan, selama ini, ada bias dalam mengartikan komunitas sastra dengan komunitas literasi. “Komunitas sastra memang bagian dari literasi, tetapi komunitas sastra lebih khusus. Arah komunitas sastra itu menghasilkan karya sastra dan penyadaran diri, sedangkan literasi itu lebih umum terkait upaya penggiatan baca-tulis dan melek informasi,” terangnya.
Diskusi yang digelar dalam sarasehan kali ini, diharapkan menjadi momentum lebih meningkatnya intensitas aksi dan karya dari komonitas para sastrawan. “Kami ingin menstimulus kawan-kawan yang bergerak di bidang sastra agar kembali bergairah dalam menghasilkan karya,” tukasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pelangi Sastra Malang, Denny Mizhar mengungkapkan, kegiatan sarasehan sastra menjadi ajang diskusi bagi komunitas sastra tentang gerakan mereka selama ini dan apa yang telah dicapai. Harapanya hasil diskusi yang digelar menjadi pemicu untuk langkah ke depan yang lebih baik. “Selain itu kami bisa membangun jejaring untuk saling mengenal antarkomunitas sastra, serta membangun wacana bagaimana menggerakkan komunitas sastra,” ucapnya. (mp1/sir/aim)