Sastra Untuk Kemanusiaan


Puisi-Puisi Dewi R. Maulidah

Sumber: Etsy

Menanam Bintang di Ladang

Apa kaudengar irama yang menari di setiap kedipan matamu?
Mereka berlompatan hingga julang-terbang.
Mereka berlarian di pelupuk matamu yang terayun-ayun.
Mereka berdansa mengiringi langkah suaramu,
hingga kau pun lupa rasa apa.

Pada kelam senyapnya malam:
mereka mengendap berebut jari-jemarimu,
menggeletiki ujung-ujung kukumu,
dan lincah berkerumun ke telingamu.

Mereka pun berhasil menjelma dalam benakmu.
Kau pun terbangun sebelum tidur.
Kaupandang meradang di hamparan bintang.
Satu per satu tampak bagai tangga nada yang gemilang.
Sebelum satu merangkul, yang lain telah menyahut.
Sebelum purna jadi gugusan, yang lain pun membaur.
Kaukeluh candu mana yang terdahulu:
hingga berpuluh suka kembali jadi alpa.
Kautarung segalanya dalam pena malam.
Kaupetik satu per satu cahayanya:
kautaburkan pada hamparan lontar
hingga benih-benihnya tumbuh menyenangi ladang
hingga benar-benar akan bersulang.

Adakah sudah kaudengar irama yang di setiap sela anganmu?
Cobalah kau hitung, adakah yang timbul di tanah yang subur.
Bilamana entah datang, memang bukan masa sekarang.
Lepas kita menuai dari masa moyang, lantaslah kita terus menanam:
meski kita tak meraih di sama ladang.

Surabaya, 2017 

 

Di sebuah Dusun 

Kopi telah dituangkan di gelas kaca mungil.
Kududuk di samping bocah kecil
terlelap berselimut selendang merah muda.
Dingin telah terganti hangat baginya.
Seperti kopi ini yang siap kuseduh.
Bersama perbincangan sederhana
yang tak pernah terperoleh di kota:
mengisi benak penuh makna.
Jelajah kaki menuju tanah-tanah:
berisi makanan dan harapan.
Pisang, cabai, dan jagung
mengajak serta dalam masakan.
Sedangkan mawar-mawar dan salihara
terlena alunan udara senja.
Senyum ibu bocah di hadapan tungku yang menyala.
Mengabarkan hasrat begini saja
dan diiringi nada-nada air yang menuruni tebing
hingga mimpi mencukupi.

Malang, 2015

 

Memupuk Malam

Hingga sepertiga malam,
kami berbincang hingga dalam.
Di antara keriuhan yang tajam,
terendam dalam segelas kopi malam.

Kami tak menciptakan kebohongan:
mengadakan dari ketiadaaan.
Masing-masing kami memegang baja
dari buah pikiran.

Ada yang mengayun hingga ke ujung-ujung.
Ada yang berlayar hingga berbayang-bayang.
Ada yang bertabu hingga bersaru-seru.
Ada yang terbang hingga ke ruang-ruang.
Ada yang berjalan merakit genderang.
Ada yang melompat antarmula pulau.
Dan ada yang menjelma berlipat rupa.
Menyublim menggugat cita.

Malang, 2016

share on
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Pelangi Sastra Malang sebagai “Terminal” Sastra di kota Malang memiliki program-program dalam bidang kesusastraan di antaranya: mendokumentasikan karya-karya sastra yang lahir di kota Malang dan sekitarnya.

Setiap orang dapat berkontribusi dengan mengirimkan arsip karya sastra berupa cerpen, puisi maupun esai dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Karya tersebut dari warga asli Malang atau warga luar Malang yang sedang berdomisili di Malang
  2. Karya tersebut telah dimuat di media massa, media daring, majalah, buku, maupun telah dibahas dalam sebuah forum/acara terbuka
    Karya dikirimkan melalui alamat surel [email protected] dengan subjek cerpen/puisi/esai

Karya tersebut akan kami arsipkan secara digital di website https://pelangisastramalang.org

Griya Buku Pelangi adalah Toko Buku yang menyediakan berbagai kebutuhan buku Anda. Banyak pilihan yang kami terbitkan baik dari buku pendidikan dan kesastraan. Untuk pembelian bisa melalui online di Marketplace kami atau kontak kami melalui aplikasi chat yang tersedia.